Selasa, 25 Januari 2011

Pendekatan Belajar SAVI (Somatis, Auditory, Visual dan Intelektual)

Tulisan kali ini saya memposting tentang pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Siapa tau ada manfaatnya buat pengujung blogKu....
Tidak semua metode belajar dapat mewakili wahana pencapaian tujuan pendidikan. Semua pemakainya ditentukan oleh sifat tujuan dan isi materi yang akan diajarkan. Dalam kenyataannya banyak kelemahan dan hambatan pembelajaran terjadi di kelas antara guru siswa ataupun antara siswa, hasil penelitian yang dilakukan Meier (2002:104) menunjukan hambatan dan kelemahan tersebut terjadi pada tahap persiapan ( preparation ), penyampaian ( presentation ), pelatihan ( practice ) dan penampilan hasil ( performance ). Untuk mengatasi kelemahan dan hambatan tersebut maka dalam setiap tahap pembelajaran tersebut dapat menerapkan pendekatan belajar “ SAVI “ yaitu somatis, auditory, visual dan intelektual ada dalam setiap peristiwa pembelajaran.
Belajar somatis berarti belajar dengan menggunakan indra peraba, kinestis, serta melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Jadi untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu
Belajar auditory berarti belajar dengan berbicara dan mendengar. Dalam merancang pembelajaran matematika yang menarik bagi saluran auditory yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Mintalah siswa membaca dengan keras secara dramatis dalam menceritakannya. Ajak siswa berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman kerja, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.
Belajar visual berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Kebanyakan siswa akan lebih muda belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan, lebih-lebih dalam belajar matematika akan lebih muda jika siswa dapat melihat contoh-contoh dari dunia nyata seperti diagram, peta dan gambaran dari segala hal yang dipelajari. Teknik lain yang biasa dilakukan seorang guru, terutama orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkan.
Belajar intelektual berarti belajar dengan memecahkan masalah dan merenungi. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar ( Meier, 2002 : 99 ).intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, membuat kesimpulan dalam pembelajaran matematika.
De Porter (2005), mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditorial dan modalitas kinestesik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar tersebut adalah:
a.Belajar visual senang menggambar diagram, gambar dan grafik, serta menonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berlogan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas.
b.Pembelajaran auditory dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset.
c.Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalanya: menggaris bawahi, mencoret-coret, menggambarkan.
Meier ( 2005 ), menambahkan satu gaya belajar yaitu gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.
Di bawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa (http://majidbsz. Wordpress. Com/2008/06/30/rencana-penelitian-tindakan-kelas/) :


Aktivitas Sesuai Cara Belajar
Gaya belajar Aktivitas
Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka :
1.Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2.Menciptakan piktogram dan periferalnya
3.Memeragakan suatu proses, sistem atau seperangkat konsep
4.Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya
5.Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)
6.Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar dan bicarakan tentang apa yang dipelajari
Auditori
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar :
1.Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer
2.Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3.Mintalah pembelajar berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya
4.Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5.Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang

Visual
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
1.Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)
2.Grafik presentasi yang hidup
3.Benda tiga dimensi
4.Bahasa tubuh yang dramatis
5.Cerita yang hidup
6.Kreasi piktogram ( oleh pembelajar)
7.Pengamatan lapangan
8.Dekorasi berwarna-warni
9.Ikon alat bantu kerja
Intelektual
Aspek intelaktual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
1.Memecahkan masalah
2.Menganalisis pengalaman
3.Mengerjakan perencanaan strategis
4.Memilih gagasan kreatif
5.Mencari dan menyaring informasi
6.Merumuskan pertanyaan
7.Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
8.Menciptakan makna pribadi
9.Meramalkan implikasi suatu gagasan
Sumber: http://majidbsz. Wordpress. Com/2008/06/30/rencana-penelitian-tindakan-kelas/

Menurut Meier ( 2002 : 109 ) siklus pembelajaran manusia meliputi empat tahap, yaitu :
a) Tahap I ( persiapan )
Tujuan tahap persiapan adalah menggugah minat pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan mereka lalui dan menempatkan mereka pada suasana belajar yang optimal. Langkah yang dapat dilakukan :
•Memberi sugesti positif
•Menyatakan manfaat bagi pembelajar
•Menyatakan tujuan yang jelas dan bermakna
•Menciptakan lingkungan fisik yang positif
•Menciptakan lingkungan emosional yang positif
•Menenangkan ketakutan pembelajar
•Menghilangkan atau mengurangi rintangan belajar
•Mengajukan pertanyaan dan masalah
•Menggugah rasa ingin tahu dan menimbulkan minat
•Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal

b)Tahap II ( penyampaian )
Tujuan tahap penyampaian adalah membantu pembelajar menemukan materi ajar baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, multi indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Anda melakukan ini dengan :
•Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
•Pengamatan terhadap fenomena dunia nyata
•Keterlibatan seluruh otak, seluruh tubuh
•Presentasi interaktif
•Grafik dan menunjang presentasi berwarna warni
•Variasi agar cocok dengan semua gaya belajar
•Proyek pembelajaran berdasarkan pasangan dan berdasar tim
•Dengan semua gaya belajar
•Proyek pembelajaran berdasarkan pasangan dan berdasar tim
•Berlatih menemukan ( pribadi, berpasangan, berdasar tim )
•Pengalaman belajar kontekstual dari dunia nyata
•Berlatih memecahkan masalah
c)Tahap III ( praktek )
Tujuan tahap praktek adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau keterampilan baru dengan berbagai cara. Anda melakukan ini dengan :
•Aktivitas memproses pembelajar
•Usaha/umpan balik/perenungan/usaha
•Simulasi dunia nyata
•Permainan belajar
•Latihan belajar dengan praktik
•Aktivitas pemecahan masalah
•Perenungan dan artikulasi individual
•Dialog secara berpasangan dan berkelompok
•Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
•Aktivitas praktik membangun keterampilan
•Mengajar kembali
d)Tahap IV ( penampilan hasil )
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu belajar menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajaran tetap melekat dan prestasi terus meningkat. Anda melakukan ini dengan :
•Penerapan segera di dunia nyata
•Menciptakan dan melaksanakan rencana aksi
•Aktivitas penguatan lanjutan
•Materi penguatan pasca sesi
•Pengarahan berkelanjutan
•Evaluasi prestasi dan umpan balik
•Aktivitas dukungan kawan-kawan
•Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung
Dengan penerapan pendekatan SAVI diharapkan lahir sebuah minat yang besar berupa adanya ketertarikan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, adanya motivasi yang besar untuk belajar, dan adanya perhatian penuh terhadap pelajaran.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pembelajar dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (intelektual) jika mereka secara hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Keempat pendekatan belajar tersebut diintegrasikan sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Kelas dengan pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena bermain yang menyenangkan bagi anak. Pelajaran dikenalakan dalam suasana bermaindan bereksperimen. Suasana kelas yang menyenangkan sangat bermanfaat tidak saja bagi meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi juga menurunkan stress, meningkatkan keterampilan interpersonal, dan kreativitas siswa.
Di masa depan, proses belajar akan semakin mandiri diarahkan sendiri dan dipenuhi sendiri. Ini berarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk mengesplorasi, bereksperimen dan mengajari dirinya sendiri. Model pembelajaran tradisional yang serius dan over-regulasi perlu diganti dengan belajar mandiri, berdasarkan ilmu kognitif modern. Dengan model ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat berkembang subur.
Setiap individu memiliki gaya belajar dan gaya bekerja yang unik, maka sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang lebih muda belajar secara visual: melihat gambar dan diagram. Sebagian lain secara auditorial: suka mendengarkan. Sebagian lain mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indra perasa atau menggerakkan tubuh ( pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada teks tercetak: membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif: berinteraksi dengan orang lain.

Sumber:
Meier, Dave.2002. The Accelerated Learning Hangbook.Jakarta: Kaifa
DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2004. Quntum Learning. Bandung: Kaifa
Http://Majidbsz. Wordpress. Com/2008/06/30/rencana-penelitian-tindakan-kelas/

Http://Uwie-Uwieee. Blogspot. Com/2008/10/Accelerated. Learning. Htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar